Jumat, 22 Juni 2012

Menghemat Kantong Sembari Menjaga Kesehatan Mesin


Perbedaan harga yang sangat mencolok (dua kali lipat lebih) membuat pemilik mobil sangat tergoda untuk membeli bensin bersubsidi (Premium dengan oktan 88). Padahal, produsen mobil
sudah menganjurkan—bahkan ditulis pada tutup tangki bahan bakar—“Khusus bensin tanpa timbal, nilai oktan: 90 atau di atasnya”.
Kondisi tersebut bisa dimaklumi—pengeluaran untuk operasional—bahan bakar jauh lebih ekonomis. Padahal, untuk pemilik mobil atau pengemudi harus mengorbankan driveability (mobil kurang mantap dikebut), konsumsi bahan bakar per kilometer juga jadi lebih boros.

Batuk-batuk
Tak hanya itu, kemungkinan mesin mengalami “batuk-batuk” (pre-ignition), atau awam sering menyebutnya ngelitik, sangat besar. Lebih khusus lagi untuk mesin lama yang tidak dilengkapi dengan knocking sensor. Sedangkan mesin yang dilengkapi dengan sensor tersebut (sistem injeksi), bisa memberi toleransi dengan nilai oktan 6, komputer akan mengatur sendiri waktu pengapiannya.

Kalau mesin sudah sering batuk-batuk, seperti juga orang, kemungkinan ke bengkel yang menghabiskan waktu dan uang juga semakin besar. Kondisinya makin parah, bila diagnosis mekanik tidak tepat, malah membuat mobil harus sering ke bengkel.

Juga harus diperhatikan, bila mobil yang digunakan harus membawa penumpang banyak dan akan diajak pula ngebut di jalan tol, seharusnya diberi “bensin yang lebih bergizi” atau punya kemampuan mencegah pre-ignition (juga yang ada menyebut auto-ignition) alias beroktan lebih tinggi.

Harga
Lantas bagaimana menyiasati agar kantong tidak terlalu jebol dan mesin tetap sehat serta memberikan kemampuan terbaiknya? Apalagi bensin beroktan 90 tidak ada. Sedangkan bensin 92 dan 95 harganya jauh lebih mahal?

Metode terbaik adalah mencampur bensin oktan terendah dan tertinggi. Kondisi hanya bisa dilakukan di SPBU Pertamina yang menjual Preimum, Pertamax, dan Pertamax Plus. Suatu hal yang menarik, perbedaan harga antara Pertamax dengan Pertama Plus (oktan 92 dan 95) tidak terlalu mencolok, umumnya sekitar Rp 300-Rp 400.

Malah ada SPBU yang menjual Pertamax Plus (95) dengan harga Rp 10.100 per liter (saat artikel ini ditulis). Sedangkan kompetitornya, untuk oktan yang sama menjual Rp 10.150. Padahal, untuk bensin 95, berdasarkan beberapa sumber, kualitas Pertamina lebih baik. Sedangkan untuk 92, harga yang ditawarkan Pertamina sedikit lebih tinggi dari kompetitornya.

Komposisi campuran
Komposisi campuran bisa disesuaikan dengan oktan yang dinginkan. Misalnya 91 atau 92. Untuk mendapatkan bensin dengan oktan 92, komposisi campuran Premium dengan Pertamax Plus adalah 3: 4. Artinya, kalau Premium 15 liter, maka Pertamax Plus harus 20 liter.

Hitungannya (15 liter x 88 oktan + 20 liter x 95 oktan) / 35 liter = 92. Syaratnya, tentu saja kalau Premium benar-benar beroktan 88 dan Pertamax Plus 95.

Dengan cara begini, bisa mendapatkan bensin oktan 92 dengan harga lebih murah. Hitungannya, untuk 20 liter bensin beroktan 95 (berdasarkan harga termurah di SPBU Pertamina saat ini) harus mengeluarkan Rp 202.000 plus untuk 15 liter Premium adalah Rp 67.500

Total uang yang harus dikeluarkan untuk 35 liter kedua campuran adalah Rp 269.500 atau Rp 7.700/liter. Nah, bandingkan bensin beroktan 92 langsung, harga termurahnya saat ini Rp 9.700.

Kalau Anda menggunakan campuran 50:50 (seimbang), akan diperoleh nilai oktan 91,5 dengan harga per liter lebih menarik lagi, yaitu Rp 7.300. Begitu juga bila hanya ingin mendapatkan oktan 91, perbandingan campuran bisa dibalik, Premium 4, Pertamax Plus 3.

Cara mencampur, isilah Pertamax Plus lebih awal, setelah itu Premium (kalau masih dibolehkan). Pengisian dilakukan saat isi tangki tinggal sedikit. Sebaiknya pengisian campuran dilakukan sampai penuh sehingga diperoleh campuran yang lebih baik.
homepage:http://otomotif.kompas.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar