Jumat, 15 Juni 2012

Serangan Android Diduga Lemahkan Saham Apple


Apple Inc sedang dibedah secara intens hingga pekan depan. Perusahaan raksasa di bidang teknologi ini menimbulkan kekhawatiran di Wall Street karena sahamnya mulai goyah.


Lima hari berturut-turut saham perusahaan yang dinilai paling berharga itu mengalami kerugian. Wall Street mulai memantau gejala ini karena ditakutkan mengarah ke wilayah bubble dan kemunduran. Saham mulai berbalik dengan perolehan 5 persen.

Masalah Apple diduga investor karena tantangan gugatan hukum di beberapa benua dan persaingan dengan Google Inc. Android menjadi perangkat lunak mobile yang paling banyak digunakan di dunia. Investor kini berhati-hati mencairkan uang hasil kepemilikan mereka menjelang pengumuman pendapatan kuartal kedua Apple pada Selasa depan.

Investor patut waspada karena saham Apple melonjak hampir 60 persen hingga sempat mencapai puncak tertinggi tahun ini pada US$644. Laporan laba pun tidak menunjukkan masalah besar sehingga dapat mendorong peraihan keuntungan.

"Setiap kekecewaan di Apple dapat menyebabkan aksi jual yang signifikan dalam jangka pendek," ujar co-manajer Capital Advisors Growth Fund, Channing Smith seperti dilansir dari Reuters. Smith tetap percaya prospek jangka panjang Apple. Tapi, ekspektasi dapat keluar dari jalur ketika masalah mulai timbul.

Saham Apple turun 7 persen ketika perusahaan itu meleset dari harapan Wall Street. Peristiwa itu terjadi kali pertama selama beberapa tahun pada Oktober lalu. Investor kini masih bimbang meletakkan uangnya ke tempat lain atau berharap kondisi akan berbalik menjadi lebih baik.

Sebanyak 45 dari 53 analis investasi perbankan Wall Street masih memberi predikat "Beli". Penilaian ini berdasarkan penjualan iPhone dan iPad. Pada hari-hari menjelang aksi jual, analis Wall Street berharap Apple akan menyentuh US$675 dalam 12 bulan mendatang.

Optimis Penjualan iPhone

Apple diharapkan menghasilkan kondisi positif dalam waktu dekat saat melaporkan pendapatan. Analis Wall Street memprediksi Apple telah menjual sekitar 30-35 juta iPhone dan 13 juta iPad pada kuartal terakhir.

Penjualan raksasa iPhone sebesar US$37,04 juta menyumbang lebih dari setengah penghasilan kuartal pertama Apple.

"Ini akan menjadi kuartal ledakan, seperti yang terakhir. Tapi, telah ada pergerakkan di saham," ujar kepala investasi Wedgewood Partners Inc yang memegang US$1,6 miliar, David Rolfe.

Tantangan lain Apple berasal dari gugatan Departemen Kehakiman Amerika Serikat. Apple mendapat tuduhan kolusi dalam harga e-book.

Para investor berharap besar pada iPhone terbaru akhir tahun ini untuk membakar pertumbuhan lebih cepat. Tapi, investor juga mengantisipasi apabila iPhone terbaru ini dapat memperlamban penjualan iPhone 4S pada kuartal ini.

Harapan pada Paruh Kedua

Selama pekan ini saham Apple berada dalam wilayah yang tidak diketahui, menurun 9 persen ke US$580 sebelum kembali dengan peningkatan 5 persen ke US $610. Puncak tertinggi pada 10 April dengan US$644.

"Ada kekhawatiran bahwa mungkin semua orang yang menginginkan produk Apple sudah membeli satu," ujar kepala investasi Bank Harris Private di Chicago, AS.

Rumor Apple memproduksi TV dengan konten media mendapat banyak perhatian. iPad dengan layar lebih kecil yang akan menjadi pesaing Kindle Fire dari Amazon pun menyimpan potensi menguasai pasar tablet kelas low-end.

Menurut Reuters, Apple diprediksi akan melaporkan pendapatan US$9,94 per saham dari US$36.48 miliar.

"Angka ini dapat dikalahkan karena kemungkinan dalam persediaan iPhone dan keuntungan kotor dengan menurunnya biaya komponen," tulis analis Bernstein Research, Toni Sacconaghi.
homepage:http://us.otomotif.vivanews.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar